News Update :
Home » » perilaku seks

perilaku seks

Penulis : modis on Rabu, 12 Desember 2012 | 01.36

Dalam novel trilogy Fifty Shades of Grey, tokoh utama wanita, Anastasia Steele, tak pernah menyangka akan bertemu pemuda ganteng dan mapan seperti Christian Grey. Hal yang lazim terjadi, ketika wanita bertemu dengan pria idamannya, tentu debar di hati begitu kuat dan penerimaan yang tulus kepadanya, adalah pembuktian atas cinta yang dirasakan. Namun, cinta yang ia rasakan pada Grey, nampaknya tak lagi rasional. Anastasia sadar, karena tak ada orang yang benar-benar sempurna, bukan?
Setelah hubungan itu semakin kuat, Anastasia malah melihat kenyataan yang mengerikan. Sosok Grey rupanya sangat kasar dan memiliki sisi hidup yang menakutkan. Anastasia tak bisa lagi menolak ketika menerima perlakuan kasar Grey yang senang 'menyiksa'. Lalu, inikah mirisnya, atas nama cinta dan rasa kagum, Anastasia pilih mengalahkan logika dan rela mengikuti permainan Grey, tak gentar atau memilih pergi.
Anastasia bukan sedang terjebak, ia secara sadar merelakan diri masuk ke dalam perangkap seks Grey. Apa masih bisa disebut ini cinta, sebuah alasan yang kuat bagi mereka untuk berkomitmen ke dalam sebuah hubungan yang dominan-submisif. Anastasia selaku budak seks dan Grey sebagai tuannya. Lalu, Anda, apakah akan melakukan hal yang sama, jika mengalami seperti yang dirasakan Anastasia?
Apa yang dialami Grey disebut sebagai Paraphilia (kelainan seksual). Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh psikoterapis bernama Wilhelm Stekel, dalam bukunya berjudul "Sexual Aberrations" di tahun 1925. Paraphilia diambil dari bahasa Yunani, Para berarti "kelainan" dan philia yang berarti "cinta"
Fakta yang berkembang, lebih dari 90 persen penderita Paraphilia adalah pria. Hal ini dijelaskan Susan Noelen Hoeksema dalam bukunya "Abnormal Psychology". Penyebab Paraphilia ini meliputi pelampiasan dorongan agresif atau permusuhan, yang lebih sering terjadi pada pria daripada wanita.
Penelitian yang selama ini dilakukan menemukan adanya ketidaknormalan testosteron atau hormon lainnya sebagai penyebab Paraphilia. Di sisi lain, akibat penyalahgunaan obat dan alkohol juga menjadi penyebab terjadinya kelainan seksual. Obat-obatan yang dikonsumsi tentu memiliki efek melepaskan fantasi dari kesadaran tanpa hambatan.
Menurut perspektif teori perilaku, Paraphilia merupakan hasil pengondisian umum. Contoh, terjadinya perilaku seksual Bestialitas mungkin terjadi, saat seorang remaja melakukan masturbasi dan dalam waktu bersamaan memperhatikan gambar kuda di dinding. Lalu, berkembanglah fantasinya untuk melakukan seks dengan kuda, yang baginya adalah sesuatu yang menggairahkan.
Jika hal ini terjadi berulang-ulang dan fantasi tersebut semakin kuat seiring dorongan seksualnya, bisa jadi ia mulai bertindak di luar fantasi dan mengembangkan perilaku Bestialitas.
Budaya dan lingkungan keluarga yang melingkupi seorang anak turut memengaruhi kecenderungan mengembangkan perilaku seks menyimpang. Hukuman fisik yang dilakukan orangtua terhadap anaknya sehingga terjadi kontak seksual yang agresif, sangat memungkinkan terjadi perilaku agresif dan impulsif secara seksual terhadap orang lain setelah mereka berkembang dewasa.
Sementara, penderita pedofilia terbilang miskin dalam mengolah ketrampilan interpersonal (mengutarakan isi hati), sehingga ia merasa tertekan bila berinteraksi seksual dengan orang dewasa. Sebuah penelitian menunjukkan, empat dari lima penderita pedofilia pernah mengalami pelecehan seksual di masa kanak-kanaknya.
Berikut ini 10 kelainan seksual yang patut Anda ketahui:
1. Eksibionisme
Pelaku senang memperlihatkan organ kelaminnya kepada orang lain yang tidak ingin melihatnya, dan ia merasa puas. Pelaku juga suka melakukan autoeroticism, yaitu melakukan masturbasi sambil memperlihatkannya kepada orang lain.
2. Fetisisme
Perilaku seksual dengan mencapai kepuasan seksual melalui benda-benda mati, seperti pakian dalam perempuan, sepatu atau stocking.
3. Frotteurisme
Gangguan seksual yang terjadi dengan menggosok-gosokkan organ kelaminnya kepada orang lain yang tidak menginginkannya. Perilaku seksual menyimpang ini kerap terjadi di tempat-tempat keramaian, seperti di dalam bus atau kereta yang penuh sesak.
4. Pedofilia
Aktivitas seksual dengan melibatkan anak kecil, umumnya di bawah usia 13 tahun. Kriteria pelaku pedofilia biasanya berusia di atas 16 tahun, atau setidaknya 5 tahun lebih tua dari anak yang dijadikan objek seksual.
Pelaku pedofilia bisa tertarik dengan anak laki-laki atau perempuan, meski hampir dua kali lipatnya lebih tertarik pada anak laki-laki. Pelaku dalam menjerat korban, biasanya mengembangkan strategi menarik simpati dan kepercayaan anak-anak.
5. Masokisme
Inilah istilah untuk kelainan seksual yang juga memiliki penggunaan yang lebih luas. Gangguan seksual ini melibatkan kesenangan dan kegembiraan yang dirasakan karena menyiksa diri sendiri, baik berasal dari orang lain atau dirinya sendiri.
Gangguan seksual ini biasanya terjadi sejak kanak-kanak dan mengalami kronis ketika menginjak remaja. Masokisme adalah satu-satunya kelainan seksual yang dialami oleh perempuan, sekitar 5 persen pelaku masokis adalah perempuan.
Masokisme berasal dari nama seorang penulis asal Austria pada abad ke-19, Leopold von Sacher-Masoch. Novelnya kerap menyebutkan karakter yang terobsesi dengan kombinasi seks dan rasa sakit. Dalam arti lebih luas, masokisme mengacu pada pengalaman menerima kenikmatan atau kepuasan dari kesakitan.
6. Seksual sadisme
Sementara, masokisme mencapai puas jika disiksa, sadisme justru mencapai kepuasan seksual dengan menyakiti orang lain. Dalam teori psikoanalitik, sadisme terkait dengan rasa takut atau pengebirian. Sadomasokisme bisa terjadi pada laki-laki dan perempuan, baik heteroseksual dan hubungan homoseksual.
7. Transvestic fetisisme
Pelakunya dicirikan dengan pria heteroseksual yang mencapai kepuasan seksual dengan mengenakan pakaian perempuan. Gangguan ini terjadi saat mulai remaja dan tak ingin diketahui orang lain, lalu beranjak dewasa melalui perasaan nyaman berpakaian perempuan lengkap di depan umum.
Sebagian kecil pria dengan transvestic fetisisme mungkin mengalami dysphoria (ketidakbahagiaan dengan jenis kelamin aslinya), yang lalu melakukan pengobatan hormonal atau operasi ganti kelamin untuk membuat mereka hidup secara permanen sebagai perempuan.
8. Voyeurism
Inilah kenikmatan seksual yang didapat dengan menyaksikan atau mengintip orang yang telanjang, membuka baju, atau melakukan seks. Gangguan ini terjadi pada laki-laki dan yang menjadi obyek biasanya orang asing.
Orang dengan voyeurisme atau voyeur berfantasi melakukan hubungan seks dengan korbannya, tetapi ia tidak benar-benar melakukan itu. Pelaku voyeur mungkin mengintip orang asing yang sama berulang-ulang, tapi jarang mengalami kontak fisik.
9. Bestialitas
Bestialitas atau zoophilia adalah istilah yang menggambarkan perasaan atau perilaku seks yang melibatkan hewan. Perasaan seksual orang dengan bestialitas mungkin berfokus pada hewan piaraan seperti anjing, atau hewan ternak seperti domba atau kambing.
10. Necrophilia
Kegiatan seksual yang melibatkan mayat.
Hm, bagaimana dengan sisi liar pasangan? Anda takut, atau pilih diam saja?
Share this article :

Posting Komentar

 
Company Info | Contact Us | Privacy policy | Term of use | Widget | Advertise with Us | Site map
Copyright © 2011. Gaya Remaja . All Rights Reserved.
Design Template by panjz-online | Support by creating website | Powered by Blogger