Dalam novel trilogy Fifty Shades of Grey, tokoh  utama wanita, Anastasia Steele, tak pernah menyangka akan bertemu pemuda  ganteng dan mapan seperti Christian Grey. Hal yang lazim terjadi,  ketika wanita bertemu dengan pria idamannya, tentu debar di hati begitu  kuat dan penerimaan yang tulus kepadanya, adalah pembuktian atas cinta  yang dirasakan. Namun, cinta yang ia rasakan pada Grey, nampaknya tak  lagi rasional. Anastasia sadar, karena tak ada orang yang benar-benar  sempurna, bukan?
Setelah hubungan itu semakin kuat, Anastasia malah melihat kenyataan  yang mengerikan. Sosok Grey rupanya sangat kasar dan memiliki sisi hidup  yang menakutkan. Anastasia tak bisa lagi menolak ketika menerima  perlakuan kasar Grey yang senang 'menyiksa'. Lalu, inikah mirisnya, atas  nama cinta dan rasa kagum, Anastasia pilih mengalahkan logika dan rela  mengikuti permainan Grey, tak gentar atau memilih pergi.
Anastasia bukan sedang terjebak, ia secara sadar merelakan diri masuk  ke dalam perangkap seks Grey. Apa masih bisa disebut ini cinta, sebuah  alasan yang kuat bagi mereka untuk berkomitmen ke dalam sebuah hubungan  yang dominan-submisif. Anastasia selaku budak seks dan Grey sebagai  tuannya. Lalu, Anda, apakah akan melakukan hal yang sama, jika mengalami  seperti yang dirasakan Anastasia?
Apa yang dialami Grey disebut sebagai Paraphilia (kelainan seksual).  Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh psikoterapis bernama Wilhelm  Stekel, dalam bukunya berjudul "Sexual Aberrations" di tahun 1925.  Paraphilia diambil dari bahasa Yunani, Para berarti "kelainan" dan  philia yang berarti "cinta"
Fakta yang berkembang, lebih dari 90 persen penderita Paraphilia  adalah pria. Hal ini dijelaskan Susan Noelen Hoeksema dalam bukunya  "Abnormal Psychology". Penyebab Paraphilia ini meliputi pelampiasan  dorongan agresif atau permusuhan, yang lebih sering terjadi pada pria  daripada wanita.
Penelitian yang selama ini dilakukan menemukan adanya ketidaknormalan  testosteron atau hormon lainnya sebagai penyebab Paraphilia. Di sisi  lain, akibat penyalahgunaan obat dan alkohol juga menjadi penyebab  terjadinya kelainan seksual. Obat-obatan yang dikonsumsi tentu memiliki  efek melepaskan fantasi dari kesadaran tanpa hambatan.
Menurut perspektif teori perilaku, Paraphilia merupakan hasil  pengondisian umum. Contoh, terjadinya perilaku seksual Bestialitas  mungkin terjadi, saat seorang remaja melakukan masturbasi dan dalam  waktu bersamaan memperhatikan gambar kuda di dinding. Lalu,  berkembanglah fantasinya untuk melakukan seks dengan kuda, yang baginya  adalah sesuatu yang menggairahkan.
Jika hal ini terjadi berulang-ulang dan fantasi tersebut semakin kuat  seiring dorongan seksualnya, bisa jadi ia mulai bertindak di luar  fantasi dan mengembangkan perilaku Bestialitas.
Budaya dan lingkungan keluarga yang melingkupi seorang anak turut  memengaruhi kecenderungan mengembangkan perilaku seks menyimpang.  Hukuman fisik yang dilakukan orangtua terhadap anaknya sehingga terjadi  kontak seksual yang agresif, sangat memungkinkan terjadi perilaku  agresif dan impulsif secara seksual terhadap orang lain setelah mereka  berkembang dewasa.
Sementara, penderita pedofilia terbilang miskin dalam mengolah  ketrampilan interpersonal (mengutarakan isi hati), sehingga ia merasa  tertekan bila berinteraksi seksual dengan orang dewasa. Sebuah  penelitian menunjukkan, empat dari lima penderita pedofilia pernah  mengalami pelecehan seksual di masa kanak-kanaknya.
Berikut ini 10 kelainan seksual yang patut Anda ketahui:
1. Eksibionisme
Pelaku senang memperlihatkan organ kelaminnya kepada orang lain yang  tidak ingin melihatnya, dan ia merasa puas. Pelaku juga suka melakukan  autoeroticism, yaitu melakukan masturbasi sambil memperlihatkannya  kepada orang lain.
2. Fetisisme
Perilaku seksual dengan mencapai kepuasan seksual melalui benda-benda  mati, seperti pakian dalam perempuan, sepatu atau stocking.
3. Frotteurisme
Gangguan seksual yang terjadi dengan menggosok-gosokkan organ  kelaminnya kepada orang lain yang tidak menginginkannya. Perilaku  seksual menyimpang ini kerap terjadi di tempat-tempat keramaian, seperti  di dalam bus atau kereta yang penuh sesak.
4. Pedofilia
Aktivitas seksual dengan melibatkan anak kecil, umumnya di bawah usia  13 tahun. Kriteria pelaku pedofilia biasanya berusia di atas 16 tahun,  atau setidaknya 5 tahun lebih tua dari anak yang dijadikan objek  seksual.
Pelaku pedofilia bisa tertarik dengan anak laki-laki atau perempuan,  meski hampir dua kali lipatnya lebih tertarik pada anak laki-laki.  Pelaku dalam menjerat korban, biasanya mengembangkan strategi menarik  simpati dan kepercayaan anak-anak.
5. Masokisme
Inilah istilah untuk kelainan seksual yang juga memiliki penggunaan  yang lebih luas. Gangguan seksual ini melibatkan kesenangan dan  kegembiraan yang dirasakan karena menyiksa diri sendiri, baik berasal  dari orang lain atau dirinya sendiri.
Gangguan seksual ini biasanya terjadi sejak kanak-kanak dan mengalami  kronis ketika menginjak remaja. Masokisme adalah satu-satunya kelainan  seksual yang dialami oleh perempuan, sekitar 5 persen pelaku masokis  adalah perempuan.
Masokisme berasal dari nama seorang penulis asal Austria pada abad  ke-19, Leopold von Sacher-Masoch. Novelnya kerap menyebutkan karakter  yang terobsesi dengan kombinasi seks dan rasa sakit. Dalam arti lebih  luas, masokisme mengacu pada pengalaman menerima kenikmatan atau  kepuasan dari kesakitan.
6. Seksual sadisme
Sementara, masokisme mencapai puas jika disiksa, sadisme justru  mencapai kepuasan seksual dengan menyakiti orang lain. Dalam teori  psikoanalitik, sadisme terkait dengan rasa takut atau pengebirian.  Sadomasokisme bisa terjadi pada laki-laki dan perempuan, baik  heteroseksual dan hubungan homoseksual.
7. Transvestic fetisisme
Pelakunya dicirikan dengan pria heteroseksual yang mencapai kepuasan  seksual dengan mengenakan pakaian perempuan. Gangguan ini terjadi saat  mulai remaja dan tak ingin diketahui orang lain, lalu beranjak dewasa  melalui perasaan nyaman berpakaian perempuan lengkap di depan umum.
Sebagian kecil pria dengan transvestic fetisisme mungkin mengalami  dysphoria (ketidakbahagiaan dengan jenis kelamin aslinya), yang lalu  melakukan pengobatan hormonal atau operasi ganti kelamin untuk membuat  mereka hidup secara permanen sebagai perempuan.
8. Voyeurism
Inilah kenikmatan seksual yang didapat  dengan menyaksikan atau mengintip orang yang telanjang, membuka baju,  atau melakukan seks. Gangguan ini terjadi pada laki-laki dan yang  menjadi obyek biasanya orang asing.
Orang dengan voyeurisme atau voyeur berfantasi melakukan hubungan  seks dengan korbannya, tetapi ia tidak benar-benar melakukan itu. Pelaku  voyeur mungkin mengintip orang asing yang sama berulang-ulang, tapi  jarang mengalami kontak fisik.
9. Bestialitas
Bestialitas atau zoophilia adalah istilah yang menggambarkan perasaan  atau perilaku seks yang melibatkan hewan. Perasaan seksual orang dengan  bestialitas mungkin berfokus pada hewan piaraan seperti anjing, atau  hewan ternak seperti domba atau kambing.
10. Necrophilia
Kegiatan seksual yang melibatkan mayat.
Hm, bagaimana dengan sisi liar pasangan? Anda takut, atau pilih diam saja?
Home »
 » perilaku seks
perilaku seks
Penulis : modis on Rabu, 12 Desember 2012 | 01.36
Related posts:
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
  home
 Home
Posting Komentar